ImageKisah Miris Lansia Sebatang Kara Pemetik Kangkung...
Image

Kisah Miris Lansia Sebatang Kara Pemetik Kangkung

Image
Kalimantan Timur
Rp 0 terkumpul dari Rp 70.000.000
0 Donasi sudah berakhir

Penggalang Dana

Image
Image
Verified Organization

“Tahun lalu Mbah pernah ngga makan seminggu. Kebunnya banjir, Mbah ngga bisa kerja, ngga bisa panen. Jadinya Mbah juga ngga dapat upah. Cuma makan nasi sisa sedikit-sedikit biar cukup.” - Mbah Sumiani.

Curhat lansia 70 tahun pemetik kangkung ini sungguh menyayat hati! Di usianya yang semakin senja, beliau masih harus berjuang mati-matian untuk menanam dan memetik kangkung di kebun tetangganya demi sepiring nasi putih.

Dengan langkah gontainya, Nenek Sumiani atau yang biasa dipanggil Mbah Sum mengangkat sekarung kangkung yang baru saja beliau panen. Tubuhnya seakan sudah tak mampu menahan beban karung di pundaknya. Namun Mbah tak punya pilihan lain, hanya ini yang bisa beliau lakukan untuk bisa bertahan hidup.

“Mbah sudah tua Nak. Ngga banyak yang Mbah bisa kerjakan. Karung-karung ini kadang membuat badan Mbah pegal, sakit, dan nyeri. Tapi Mbah ngga ada pilihan lain. Mbah harus kerja biar bisa makan…”

Ketika musim tanam tiba, Mbah Sum harus menanam bibit-bibit kangkung itu setiap pagi. Panasnya terik matahari yang membakar kulit keriputnya tak beliau rasakan lagi. Baginya, yang terpenting beliau bisa makan di hari itu dan keesokan hari meski hanya diupah 20 ribu.

Biasanya Mbah menunggu 30-40 hari setelah masa tanam untuk memanen kangkung-kangkung tersebut. Jika sudah masa panen, Mbah kembali harus memaksa tubuh rentanya untuk mengumpulkan kangkung ke dalam karung, dan memikulnya dari kebun ke rumah.

Namun, tak setiap saat Mbah bisa mendapatkan masa panen tersebut. Hujan yang sering mengguyur tempat tinggal Mbah sering membuat kebun yang Mbah tanami kebanjiran. Kangkung-kangkung yang beliau tunggu keberadaannya pun sering habis tersapu banjir.

“Tahun lalu, Mbah pernah tidak makan sampai 7 hari karena kebunnya banjir. Mbah ngga bisa kerja, Mbah ngga bisa panen kangkung-kangkung itu. Jadinya Mbah juga ngga dapat upah dari pemilik kebun.”

Dengan sisa-sisa beras yang beliau miliki di rumah kecilnya, Mbah setiap hari menggunakannya untuk mengisi perut Mbah. Tak heran jika Mbah paling sehari hanya makan sepiring nasi putih tanpa lauk agar bisa bertahan seminggu kedepan.

Meski sering menahan lapar dan sakit di sekujur tubuhnya, Mbah Sum selalu dipenuhi rasa syukur. Beliau tak pernah absen untuk sholat dan berdoa kepada Allah. Bahkan setiap malam Mbah selalu bangun untuk melaksanakan sholat tahajud.

Doa beliau kepada Allah tak muluk-muluk, beliau hanya berdoa agar selalu diberikan kesehatan agar bisa terus bekerja dan mencari nafkah.

***

#SahabatPPI, maukah kamu menjadi alasan Mbah Sum untuk tersenyum hari ini? Yuk sama-sama kita ringankan sedikit beban penderitaan Mbah Sum, dengan cara:

  1. Klik tombol “Donasi sekarang!”.
  2. Masukkan Nominal Donasi.
  3. Pilih metode pembayaran (Dompet Kebaikan/GO-PAY/DANA/Shopee Pay/LinkAja/Jenius Pay/BCA/BNI/BNI Syariah/BRI/Mandiri/Mandiri Syariah/Kartu Kredit).
  4. Dapatkan laporan melalui email.

Disclaimer: Penggalangan dana ini mencurigakan? Laporkan ke: support@kitabisa.com. Atau gunakan fitur laporan dengan mengklik tombol laporan di bawah ini.

  • July, 16 2023

    Campaign is published

Belum ada donasi untuk penggalangan dana ini

Doa-doa orang baik

Menanti doa-doa orang baik

Bagikan melalui:
✕ Close